Abstract
Latar Belakang: Riset Kesehatan Dasar tahun 2013 menyatakan prevalensi diabetes melitus (DM) yang terdiagnosis oleh dokter di Indonesia adalah sebanyak 2,1% dimana prevalensi DM tertinggi terdapat di Daerah Istimewa Yogyakarta yaitu sebesar 2,6% (Kemenkes RI, 2013). Ketika terdiagnosis DM, pasien dapat mengalami masalah psikologis seperti stres padahal dengan adanya stres dapat memperburuk penyakit DM pasien. Hal ini dikarenakan saat terjadi stres psikologis ada peningkatan kortisol serum yang akan menyebabkan resistensi insulin dan penurunan sekresi insulin. Oleh karena itu, pada tahap ini peneliti melakukan terapi restrukturisasi kognitif dan kelompok suportif untuk menurunkan kadar kortisol serum dan HbA1c sebagai kontrol glikemik pada pasien DM tipe 2.
Tujuan Penelitian: Diketahuinya pengaruh terapi inti, restrukturisasi kognitif dan kelompok suportif terhadap kadar kortisol serum dan HbA1c pasien DM tipe 2
Metode Penelitian: Jenis penelitian yaitu quasi experimental withcontrol group design dengan jumlah sampel 6 untuk kelompok yang diberikan terapi suportif, 7 responden pada kelompok yang diberikan terapi restrukturisasi kognitif maupun pada kelompok kontrol. Analisis hipotesis komparatif lebih dari dua kelompok berpasangan pada HbA1c menggunakan one way ANOVA test dan uji hipotesis komparatif lebih dari dua kelompok berpasangan pada Kortisol serum menggunakan Kruskal Wallis.
Hasil: Analisa statistik untuk HBA1c mendapatkan hasil P-value 1,000 artinya nilai p-value> nilai α yaitu 0,05. Analisa statistik untuk Kortisol serum menggunakan Krushal Wallis mendapatkan hasil P-value 0,216 artinya nilai p-value > nilai α yaitu 0,05.
Kesimpulan:Tidak ada perbedaan bermakna antara kelompok kontrol dan kelompok intervensi yang diberikan terapi restrukturisasi kognitif maupun terapi suportif pada pasien DM tipe 2 pada Persatuan Diabetes Indonesia wilayah RS Jogja.