Abstract
Latar Belakang : Data statistik Indonesiatahun 2012 jumlah remaja putrid yang berusia 15-24 tahun 83% mengalami keputihan. Banyak perempuan Indonesia membersihkan vagina mereka dengan cairan pembersih (antiseptik) agar terbebas dari bakteri penyebab keputihan. Penggunaan pembersih kewanitaan atau sabun antiseptik secara rutin dapat meningkatkan terjadinya keputihan. Kandungan antiseptik pada cairan pembersih dapat membunuh bakteri laktobacilus yang berguna untuk menjaga derajat keasaman vagina sehingga mempermudah kuman dan bakteri masuk dalam liang vagina.
Tujuan Penelitian : Mengetahui hubungan pemakaian sabun pembersih (antiseptik) dengan kejadian keputihan pada remaja putri di SMA Muhammadiyah 7 Yogyakarta.
Metode Penelitian : Jenis penelitian deskriptif korelasi dengan pendekatan cross sectional. Sampel diambil dengan teknik purposive sampling yaitu 79 siswi di SMA Muhammadiyah 7 Yogyakarta. Instrumen penelitian adalah kuesioner pemakaian sabun pembersih (antiseptik) dengan kejadian keputihan. Hasil penelitian dianalisis dengan uji Sperman Rank.
Hasil penelitian : Pemakaian sabun pembersih pada sebagian besar siswi SMA Muhammadiyah 7 Yogyakarta dalam kategori sedang sebanyak 45 siswi (57%). Sebagian besar siswi SMA Muhammadiyah 7 Yogyakarta mengalami keputihan sebanyak 49 siswi (62%). Hasil uji Sperman Rank diper oleh nilai p = 0,040(p<0,05) dan r= 0,232.
Kesimpulan : Ada hubungan antara pemakaian sabun pembersih (antiseptik) dengan kejadian keputihan pada remaja putri di SMA Muhammadiyah 7 Yogyakarta dengan keeratan hubungan rendah.